Pengertian Puisi Satire beserta 5 Contoh Puisi dengan Tema Labirin Kegelapan
Pengertian Puisi Satire beserta 5 Contoh Puisi dengan Tema Labirin Kegelapan - Apakah sobat senang menulis puisi, mungkin ingin mencoba salah satu puisi dengan bertemakan "labirin kegelapan". Puisi ini jenisnya sama seperti puisi satire yang intinya seseorang yg tersesat
dalam kesalahan-kesalahan. kelam sekali bukan ceritanya, tapi menulis puisi seperti ini perlu ketelitiannya juga sobat, nah jika sobat ingin mengetahui seperti apa sih puisi satire dengan tema labirin kegelapan sobat bisa lihat beberapa contoh dibawah ini,
Baca juga : Pengertian Puisi Prosais, dan 6 contoh puisi prosais
Baca juga : Pengertian Puisi Prosais, dan 6 contoh puisi prosais
Misalnya nih :
Kau tak mungkin bisa pulang, Nona
Siapa suruh kau mau mengecupku?
Kau menangis?
Kemarilah, aku ingin dengar isakmu lebih dalam
Kau tahu,
Hujan-hujan bahkan telah bosan
Berkasih-kasih dengan selokan
Karenanya, hujan pergi melarikan diri
Lalu tenggelam di lautan bergaram
Lihatlah,
hujan yang kaubanggakan kini telah hilang
Kau masih ingin setia?
Jika debarmu terlalu beku
Mendekaplah dalam-dalam kepadaku
Kecup lagi labirin gelap yang kaubilang gemerlap
Kemarilah, Nona
Kaubilang belum ingin pulang ke jalan yang sebenarnya, kan
Mari kita bahagia di neraka
Nah itu satu contoh pembuka ya sobat, sedangkan yang dibawah ini adalah beberapa puisi dengan tema labirin kegelapan yang didapat dari teman - teman facebook yang mengirimkannya. semoga bisa menambah banyak lagi wawasan sobat mengenai puisi ya..
SWARGA NUNUT NERAKA KATUT
Aku masih menyenduki segenggam nasi oseng pare
Ketika kau susun pembatas meja makanmu sendiri
Makanmu dua paha ayam dan sebakul nasi pulen organik beserta
hoax cabe
Ditambah gerutu harga mahal untuk sepiring kemewahan setiap
hari
Ah ... mending bungkam di batas helat kartu domino yang kau
susun semalam
Khidmat mencecap sisa-sisa sambal pare
Ada pahit yang harus kutelan habis tak bersisa
Kujilati hingga piring putih licin tanpa noda
Sesekali aku bersyukur
Dan kau berteriak tak suka
Sesekali aku menghibur
Dan kau bilang aku bermuka dua
Aku lelah dan tertidur
Di antara alunan gending jawa
Kau bilang aku mendengkur
Lantas kau tebas leherku hingga menganga
Aku pamit mundur menuju surga
Katamu tak bisa ....
T'lah kau kapling tanah nirwana
Baiklah ... aku gentayang antara ada dan tiada
Terjebak dalam labirin stigma yang kau cipta
Suatu saat jika teriakmu cukup lebar
Aku akan menyusup ke rongga mulutmu
Melanjutkan dengkur dalam jasad renikmu
Siapa tahu aku bisa menumpang kaplingmu di surga
Atau turut serta menjadi bara hitam neraka
Aku toh ... si swarga nunut neraka katut
Tenggarong, 16 Januari 2017
Senja Hitam di Kaki Langit
Engkau terus bertanya, apa maksud dari takdir Tuhan tersebut
Nanti ketika besar, akankah dia menjadi seperti engkau
Jatuh pada lubang yang sama seperti pendosa lainnya
Atau Tuhan telah menyiapkan takdir lain?
Haruskah engkau enyahkan bayi itu saja?
Iba dirimu jika harus melihatnya besar dengan lumuran dosa
Turut hanyut bersama ajaran-ajaran pendahulunya, si pembuat
dosa besar
Akhirnya berujung seperti engkau, dia tidak lagi punya
pilihan
Membawa serta dosa sepanjang hidupnya
Dibalik wajah polos si bayi, ingatanmu kembali melayang saat
engkau masih muda
Impian yang dipupuk begitu tinggi, membuatmu tanpa sadar menjadi
bagian dari pendosa itu
Kesempatan tidak akan pernah datang dua kali, sayangnya
Ah, engkau menyesalkan pilihanmu dulu
Kesucianmu engkau korbankan, asalkan mendapatkan
lembaran-lembaran merah penyambung hidup
Itulah keputusan egoismu, yang membuat bayi kecil ini
terancam ikut menjadi pendosa
Lagi tangis kecilnya menyadarkanmu akan realita
Akhirnya engkau memutuskan sesuatu demi bayi itu
Nafas bayi kecil itu yang begitu tenang, membuatmu
menggumamkan maaf berkali-kali
Gumaman maaf karena telah melahirkannya di tengah-tengah
para pendosa ini
'Ibu tak akan rela membiarkanmu menanggung dosa, Nak,' kata
engaku pelan sebelum mengambilkan keputusan itu
Tikaman tepat di jantungnya telah mengantarkan si bayi pada
kebebasan
Karena aku perempuanmu
Tegas gurat wajahmu, lelakiku yang tampan, bermandikan
pesona tak bercela
Tanganmu lembut membelai punggung telanjang wanita muda
Kulihat, tak ada lagi celah untukku bernaung di sana
Harimu penuh dengan wanita yang berjejalan
Dari pelayan hingga biduan
Bagaimana warna harimu, lelakiku yang tampan?
Samakah dengan malammu yang panjang?
Gemerlap kulihat cahayanya
Tak perlu bintang ketika kau bisa menciptakan kerlipan
pesona menyilaukan
Apa kau lelah sekarang, sayang?
Apa sudah bosan kau lihat erotisme hiburan yang mengangkang?
Apa tak ingin lagi kau rengguk candu surga dunia?
Cobalah lagi, sayang!
Bukankah belum semua kau rasakan?
Puaskanlah dirimu meraja di semua dosa
Aku akan menunggumu, sayang
Ketika kau lelah dan pulang
Ya, kau akan pulang lagi kepadaku, perempuanmu.
Karena hanya aku yang mau memunguti belatung dan kerak dari
borokmu...
Suatu hari nanti.
Retorika Batin
Wahai tanganku!
Tak letihkah kau langkahkan kaki pada permadani perdu?
Sedang di bawah telapakku telah menyala sekam
Lebam!
Wahai otakku!
Hentikan pikiran-pikiran tolol itu!
Aku bukan narapidana
Tak selayaknya dikepung nafsu hina
Urat nadiku pecah!
Berdarah!
Bergumul dalam keranda
Menuju neraka!!!
Sidoarjo, 16012017
Teruskan Saja, Tuan
Teruskan saja, Tuan
Kami tak mengapa
Saat membaui mulut anda
Beraroma sumpah-janji fana
Teruskan saja, Tuan
Kami tak keberatan
Saat terpilih jadi panutan
Kemudian kami anda lupakan
Teruskan saja, Tuan
Kami tetap tersenyum
Saat anda berpesta di bawah rembulan
Kami mengais di bawah jembatan
Teruskan saja, Tuan
Dan kami tinggal tertawa
Saat anda tak lagi temukan jalan
Tersesat dalam lorong berliku
Tenggelam dalam kegelapan
Related search terms: puisi tema kegelapan 2017, puisi tema satire kegelapan terbaru 2017, belajar puisi, puisi labirin kegelapan, puisi tentang satire paling baru
No comments for "Pengertian Puisi Satire beserta 5 Contoh Puisi dengan Tema Labirin Kegelapan"
Post a Comment